Wednesday, June 13, 2012

LOMBA MENULIS CERPEN HUBSCHE MAEDCHEN WRITERS GRUP 2012

Oleh Dianna Firefly di Hubsche Maedchen Writers Grup


Barangkali aku akan menjadi kunang-kunang terakhir di kota ini. Segalanya terasa sebagai kesenduan di kota ini. Gedung-gedung tua dan kelabu, jalanan yang nyaris lengang seharian, deretan warung kelontong dan kafe-kafe sunyi dengan cahaya matahari muram yang mirip kesedihan yang ditumpahkan. Kota ini seperti dosa yang pelan-pelan ingin dihapuskan.

Bila suatu kali kau berkunjung ke kota yang terletak di lekuk teluk yang bagai mata yang mengantuk ini, kau sesekali hanya akan bertemu dengan satu dua orang tua yang berjalan malas atau pemabuk yang meringkuk mendengkur di bangku-bangku taman. Bila kau perhatikan dengan cermat, setiap perempuan yang kau temui di kota ini selalu berjubah dan kerudung hitam, seolah-olah mereka terus berkabung sepanjang hidupnya, seolah-olah mereka semua adalah rahib kesedihan. Dan bila kau memperhatikan lebih cermat lagi, lebih teliti, maka kau akan segera tahu: hampir dari mereka semua, buta!

Ada banyak kisah–setidaknya yang pernah aku dengar–kenapa semua penduduk di kota ini buta. Jagat raya semula hanyalah gugusan cahaya. Cahaya yang kuning keemasan. Lalu ruh sepasang manusia pertama tercipta dari cahaya itu. Berbentuk percik cahaya. Kekuningan. Serupa kunang-kunang. Sepasang ruh yang serupa kunang-kunang itu kemudian turun ke dunia, begitu kisah leluhur, lalu berdiam di tubuh manusia, yang semula, hanyalah serupa batang-batang pohon. Tinggi menjulang, diam bagai pertapa. Ruh yang serupa kunang-kunang itu hinggap di tubuh manusia, sebagai sepasang mata, hingga manusia hidup dan bisa melihat dunia. Ketika manusia mati, ruh itu kembali terbang, menjelma kunang-kunang. Dan manusia kembali buta.

Kisah lain datang dari muasal teluk yang terletak di Utara kota ini. Teluk Duka Cita, begitu orang-orang di kota ini menyebutnya. Pangeran Ketiga dan Putri Kelima, mereka sekandung anak Raja Pertama, saling jatuh cinta, dan waktu, juga maut dan mampu menghentikannya. Karena tak tahu lagi bagaimana cara menghentikan cinta terlarang dua saudara sekandung itu, Permaisuri, sembari terisak meminta syarat yang menurutnya muskil dipenuhi: dalam semalam mereka harus menyediakan kunang-kunang, yang bila dihamparkan dengan rapi, sanggup menutup seluruh permukaan teluk. Cinta yang buta memberi mereka akal, juga kekejaman. Dengan menggabungkan sihir yang dimilikinya, Pangeran Ketiga dan Putri Kelima, memanggil semua kunang-kunang yang ada, bahkan mereka diam-diam menambahi kunang-kunang itu dengan mata para penduduk yang telah mereka congkel, dan mereka sihir menjadi kunang-kunang. Melihat itu, Raja segera menyuruh para prajurit menebah kunang-kunang yang telah berhasil dikumpulkan itu agar kembali terbang. Maka, meski telah ratusan mata dicongkel untuk menggenapi kunang-kunang agar bisa menutupi seluruh permukaan teluk, hingga pagi tiba, masih ada sebagian teluk yang tak tertutup kunang-kunang. Pangeran Ketiga dan Putri Kelima mengeram marah, ketika mengetahui cara licik Raja menggagalkan cinta mereka. Di hadapan Raja dan Permaisuri, mereka langsung saling menusuk jantung masing-masing, sambil mengutuk: mereka akan mengambil semua mata seluruh penduduk dan keturunan yang hidup di kota ini, hingga siapa pun yang tak harus menanggung dosa menjadi buta. Kemudian mayat keduanya jatuh ke dalam teluk.

Tak ada muda-mudi kota ini yang berani berpacaran di teluk itu. Bila nekat, sepulang dari sana, mata mereka buta. (Petikan cerpen Requiem Kunang-kunang, Agus Noor)

Dalam rangka meningkatkan minat menulis anggota HUBSCHE MAEDCHEN WRITERS GRUP maka administrator grup menyelenggarakan lomba menulis cepen dengan ketentuan sebagai berikut.

    Peserta adalah warga negara Indonesia dan memiliki kartu identitas (KTP/KTM/SIM/Kartu Pelajar atau Pasport Indonesia). Peserta adalah anggota grup HM.
    Peserta merupakan anggota HUBSCHE MAEDCHEN WRITERS GRUP (http://www.facebook.com/groups/218579964868293/) dan wajib menyebarluaskan informasi lomba ini kepada minimal 25 teman facebook/twitter atau jejaring social lainnya.
    Peserta mendaftarkan diri dengan cara melakukan pembayaran sebesar Rp.40.000,- ke No. Rekening Grup HM ( No. Rekening bisa ditanyakan langsung kepada Puan Harahap). Setelah melakukan pembayaran harap mengkonfirmasi kepada panitia lomba dengan cara mempublikasikan bukti transfer ke grup dan mengisi kolom dokumen grup yang disediakan untuk registrasi peserta lomba. Uang registrasi lomba akan digunakan untuk biaya penerbitan, hadiah, penjurian, akomodasi panitia, dll.
     Tema: BEBAS (tanpa tema khusus).
    Peserta hanya boleh mengirimkan satu karya cerpen dengan ketentuan.

    Peserta mengirim email dengan subyek LOMBA CERPEN HM2 ke antologi_hm@yahoo.com dengan dilampiri dua file. Satu file berisi cerpen yang dilombakan (tanpa mencantumkan nama penulis dalam tulisan cerpen) dan satu file berisi biodata penulis secukupnya dan rekening bank serta dilampiri hasil scan kartu identitas.
    Batas akhir pengiriman naskah adalah tanggal 20 Juni 2012 pukul 12.00 siang WIB.
    Cerpen yang dilombakan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun seluruhnya, baik di media cetak maupun portal dan blog pribadi. Cerpen tidak sedang diikutkan dalam perlombaan serupa.
    Cerpen ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Indonesia. Contoh cerpen bisa dilihat pada bagian atas catatan ini.
    Cerpen adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan sebagian atau seluruhnya.
    Cerpen diketik dengan menggunakan huruf Times New Roman, font 12, pada kertas A4 dengan spasi 1,5 margin 4 cm dari atas, 4 cm dari kiri, 3 cm dari bawah, 3 cm dari kanan, maksimal halaman 4-10 halaman.

6. Teknis Lomba dan Tim Penilai a. Teknis Lomba

Pengumpulan naskah              : 20 Mei 2012 – 20 Juni 2012

Penilaian tahap 1                     : 20 Juni 2012 – 23 Juni 2012

Penilaian tahap 2                     : 23 Juni 2012 – 30 Juni 2012

Pengumuman hasil lomba       : 1 Juli 2012

b. Tim Penilai:

Tahap 1           : Penilaian ketepatan format naskah dan ketepatan waktu pengumpulan oleh Panitia Lomba.

Tahap 2           : Penilaian mengenai teknik penulisan, esensi tulisan, dan lain-lain oleh Agus Noor (Penulis Cerpen Kompas)

c. Hadiah:

    Juara I    : Rp 300.000,00 + 1 buku terbit hasil lomba ini
    Juara II  : Rp 200.000,00 + 1 buku terbit hasil lomba ini
    Juara III : Rp 100.000,00 + 1 buku terbit hasil lomba ini
    Juara IV : Rp. 75.000,00 + 1 buku terbit hasil lomba ini
    Juara V  : 1 buku terbit hasil lomba ini

7. Ketentuan lain:

    Lima belas cerpen terbaik akan dibukukan.
    Keputusan juri atas lomba ini tidak dapat diganggu gugat.
    Apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran atas ketentuan lomba ini, maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penulis dan dikenai sanksi pencabutan penghargaan sebagai pemenang lomba, serta mengganti kerugian yang ditimbulkan.
    Keuntungan dari penjualan buku lima belas cerpen terbaik sebesar 15%  akan digunakan untuk sosial (panti asuhan dan anak jalanan).
    Ketentuan lain yang mungkin perlu ditambahkan dan hal-hal yang belum jelas akan disampaikan lewat email dan grup. Demikian juga dengan pertanyaan.

Selamat Berkarya!

Panitia Lomba

Dianna Firefly

No comments:

Post a Comment