Saturday, February 4, 2012

Audisi Menulis "Gerakan 100 Penulis Deaf"

Deadline: 20 Maret 2012

Diakui atau tidak,selama ini penyandang cacat (difabel) masih mendapat perlakuan diskriminatif, mereka termarginalkan pada ruang kesendirian, yang entah akan sampai pada batas mana diskursus semacam ini akan berakhir, barangkali ketika Nabi Isa menjejakkan kembali sepasang kakinya di bumi. Dan dunia tak lagi memiliki nama, atas nama kehidupan . Penyandang difebel, atau kita bisa menyebutnya disabilitas, sama sekali tak mendapat ruang untuk menikmati hak-haknya. Mereka terkungkung pada padang labirin, tempat di mana lorong-lorong sunyi, pengap, dan lembab setia bersemayam. Bahkan, ribuan prelude-prelude pelipur lara senantiasa menggema. Akan tetapi, kaum minoritas yang satu ini masih terdiam pada sudut kesendiriannya, sudut di mana mereka terbui, terpenjara oleh sekat-sekat baja; sedemikian tebal, semakin tebal.

Meski sederet undang-undang tentang disabilitas tercetak dengan tinta hitam di atas kertas putih. Kaum difabel tetap hadir dengan rona yang serupa; tertindas oleh peradaban yang -katanya- demokratis. Jika ya, demokrasi macam apakah ini? Patut dipertanyakan, bukan?

Saya sebagai bagian dari mereka (penyandang deaf/tuna rungu), merasa miris, bahkan hendak menangis tiap kali melihat, merenungkan fenomena ini. Padahal, esensi manusia di mata Tuhan adalah sama, tidak ada yang berbeda. Dan bagaimanapun juga, Tuhan adalah Sang Maha, sedangkan kita adalah sama-sama sekumpulan mahluk kerdil saat berhadapan dengan-Nya.

Atas dasar itulah, sebagai sarana memperjuangkan hak-hak penyandang cacat, terutama kaum penyandang tuna rungu/deaf, saya mencanangkan “Gerakan 100 Penulis Deaf”. Hal ini berawal dari hobi saya dalambidang tulis-menulis. Diakui atau tidak, menulis telah mengubah keadaanku hampir 180 derajat. Ya, saya yakin lewat sebuah tulisan kita dapat membuka mata dunia, bahwa kehidupan kita tidaklah hening dan sunyi, seperti yang selama ini mereka sematkan kepada kita.

Target pertama adalah membuat buku antologi yang memuat tulisan-tulisan kaum deaf. Maka saya bekerja sama dengan Penerbit Universal Nikko mengundang para penyandang deaf untuk menyumbangkan tulisan-tulisan kalian.

Adapun syarat-syaratnya adalah:

  1. Event ini hanya berlaku bagi penyandang deaf/tuna rungu, di manapun berada, tak bergantung kewarganegaraan.
  2. Usia bebas, baik laki-laki maupun perempuan.
  3. Tema tulisan bebas.
  4. Bentu tulisan berupa cerpen maupun puisi. Karena Universal Nikko lebih berkonsentrasi pada cerpen, khusus untuk puisi akan saya usahakan tersendiri.
  5. Cerpen bisa berbentuk diary, curahan hati, maupun murni fiksi. Dengan format kertas A4, Times New Roman size 12, spasi 1,5 dan margin default, serta 4-8 halaman.
  6. Untuk puisi minimal satu baris, maksimal 2 halaman.
  7. Karya dikirimkan via email ke mukhanif.yasin.y@mail.ugm.ac.id denga subject “Gerakan 100 Penulis Deaf_Nama Anda. Contoh: Gerakan 100 Penulis Deaf_Mukhanif Yasin Yusuf.
  8. Karya dikirimkan paling lambat 20 Maret 2012 pukul 00:00 wib.
  9. Tulisan akan diseleksiuntuk memilih yang terbaik. Tulisan yang layak terbit akan diterbitkan oleh Universal Nikko. Jika tidak lolos di Universal Nikko, maka akan diterbitkan secara indie. Kami tidak serta merta mengambil 100 penulis deaf sekaligus, akan tetapi secara bertahap berdasarkan kualitas karya.
  10. Karena murni untuk saling berbagi, event ini bersifat audisi, jadi tidak ada hadiah, hanya sebuah sertifikat dan bukti terbit bagi karyanya yang lolos. Akan tetapi bagi yang hendak menyumbang dalam bentuk apapun saya perkenankan.
  11. Insya Allah, jika semuanya berjalan lancer buku antologi “Gerakan 100 Penulis deaf” akan ada sebagian yang dibuat versi Bahasa Inggris untuk dipasarkan di Australia.
  12. Insya Allah Royalty akan digunakan untuk keperluan pembinaan dan pelatihan kemampuan menulis bagi deaf maupun keperluan penerbitan antologi selanjutnya.
  13. Hal-hal yang belum jelas bias ditanyakan ke saya via FB: Mukhanif Yasin Yusuf. Atau via sms ke 081902985926 (Mukhanif Yasin Yusuf).

Proyek ini mendapat dukungan dari beberapa orang yang selama ini mengelilingi saya, mereka antara lain:

  1. Prof Faruk HT, pemerhati Sastra, Guru Besar Sastra Indonesia UGM
  2. DR Aprinus Salam, Sastrawan, Dosen Sastra Indonesia UGM
  3. Drs Heru Mawarta M.Hum, Dosen Sastra Indonesia UGM
  4. DR Pujiharto M Dawam, Editor, Dosen Sastra Indonesia UGM
  5. Reni Erina, Novelis, Managing Editor Story Teenlit Magazine
  6. Mayoko Aiko, Novelis, Direktur Universal Nikko
  7. Dan mereka yang tidak dapat saya sebut satu per satu.

Semoga proyek ini berjalan lancar demi sebuah misi murni untuk berbagi motivasi terhadap penyandang cacat, khususnya kaum deaf, bahwa mereka hidup dalam “kehidupan”, bukan “kematian”. Sekaligus menyadarkan kepada mereka yang selama ini memandang sebelah mata terhadap keberadaan kaum deaf.

Tolong dishare ke keluarga, teman dan handai taulan kalian yang memenuhi criteria di atas.

Terima kasih

Salam Kesetaraan!

Mukhanif Yasin Yusuf

Penyandang Tuna Rungu yang juga Mahasiswa Semester pertama Sastra Indonesia Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.

Staff Divisi Riset, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (RPPM) Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) UGM, Staff Divisi Media Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FIB UGM, serta redaktur di beberapa buletin mahasiswa dan staff magang di Pers Mahasiswa (Persma) Bulaksumur UGM.

No comments:

Post a Comment